Ultras, A Way of Life
Pengantar:
Ini bagian pertama
dari tiga artikel tentang klutur Ultras di persepakbolaan Italia. Bagian
pertama ini akan lebih banyak mengulas pengertian dan nilai-nilai Ultras serta
kehadiran mereka di Italia. Bagian kedua, “Ultras, Kekerasan dan Rasisme” akan
saya unggah beberapa hari lagi, dan bagian ketiga, “Irriducibili Tak Pernah
Mati” akan secara khusus mengulas lahir, berkembang dan bubarnya kelompok
Ultras paling fenomenal di Italia, Irriducibili Lazio. Meskipun demikian,
masing-masing artikel dapat dibaca secara mandiri.
*****
Sebelumnya, pendukung
suatu klub bersifat individualis, sendiri-sendiri atau dalam kelompok kecil.
Mereka mungkin saja patriotis di stadion, tetapi identifikasi dan simbolisasi
diri pendukung terhadap klub berhenti begitu laga usai dan lampu stadion
dipadamkan. Mereka bersifat anonim dan sama sekali bukan merupakan bagian
spiritual dari klub.
Kata Ultras dimaknai
sebagai lebih, sangat, luar biasa atau ekstrem. Dalam sepakbola Ultras mengacu
kepada kelompok pendukung atau fans yang terorganisasi, memiliki kode
berperilaku yang bersifat komunal, cenderung eksklusif serta memiliki identitas
yang kuat serta loyalitas tak terbatas kepada tim sepakbola yang didukungnya.
Ultras lebih daripada sekedar hadir di stadion dan memberi dukungan, ultras
adalah sebuah totalitas mental, sikap dan perbuatan dalam mendukung klub, di
dalam dan di luar stadion, saat ada dalam kelompok dan saat sendiri, saat
menang dan saat kalah, saat klub di puncak kejayaan dan saat klub di nadir
keterpurukan. Maka, empat nilai penting pada Ultras adalah kehormatan,
totalitas, loyalitas dan solidaritas.
Cikal Bakal Ultras
Kelompok Ultras
pertama di dunia terbentuk justru bukan untuk mendukung sebuah klub, melainkan
untuk mendukung tim nasional. Torcida Organizada terbentuk di Brasil tahun 1939
untuk mendukung timnas mereka. Perang Dunia Kedua yang melanda Eropa membuat
gagasan Ultras ini sedikit terlambat berkembang ke benua biru. Barulah pada
1950 Ultras pertama Eropa lahir di Yugoslavia, ketika pendukung klub Hajduk Split
membentuk Torcida Split.
Hanya butuh waktu
satu tahun, gagasan Ultras ini masuk ke Italia. Tahun 1951 lahirlah Ultras
pertama di Italia, Fedelissimi Granata yang mendukung klub Torino. Fenomena
Ultras ini makin meluas di Italia. Maka bermunculanlah kelompok Ultras seperti
Fossa dei Leoni (Milan, 1968), Boys LFN (Internazionale, 1968), Ultras
Sampdoria (Sampdoria, 1969) Commandos Monteverde Lazio/CML (Lazio, 1971),
Yellow-blue Brigade (Hellas Verona, 1971), Viola Club Viesseux (Fiorentina,
1971), Ultras Napoli (Napoli, 1972), Griffin Den (Genoa, 1973), For Ever Ultras
(Bologna, 1975), Black and Blue Brigade (Atalanta, 1976), Fossa dei Campioni
dan Panthers (Juventus, 1976), dan Commando Ultra Curva Sud/CUCS (Roma, 1977).
Modus operandi
terbentuknya kelompok-kelompok ini beraneka-ragam. Menggabungkan
kelompok-kelompok kecil yang sudah ada sebelumnya, dari sosialisasi di cafe
atau bar, kelompok di sekolah atau kampus, komunitas suatu area geografis
tertentu, partai politik dan sebagainya. Usia mereka saat terbentuknya kelompok
ini biasanya berkisar antara 15-25 tahun.
Kelompok-kelompok
pertama yang terbentuk di atas biasanya tidak bertahan lama. Kelompok baru dari
klub yang sama bermunculan, bersaing dan menyisihkan yang sebelumnya. Atau,
beberapa kelompok melakukan merger. Dipenjarakannya tokoh-tokoh suatu kelompok
Ultras akibat kerusuhan juga sering menjadi pemicu bubar. Hal yang paling
sering terjadi adalah perpecahan dalam suatu kelompok akibat masuknya
kepentingan partai politik yang memanfaatkan kekuatan Ultras, komersialisasi
Ultras dalam memproduksi dan menjual merchandise, atau masuknya kelompok “swing
ultras” alias para “glory hunters”. Mereka yang disebut terakhir ini adalah
pendukung yang berpindah klub seiring naik-turunnya prestasi klub, sehingga
melunturkan nilai-nilai Ultras itu sendiri. Fossa dei Leoni hingga kini
tercatat sebagai Ultras yang paling lama bertahan (1968-2005).
Regenerasi anggota
pada kelompok Ultras biasanya dilakukan secara turun-temurun dalam keluarga,
dalam suatu institusi sosial-budaya seperti sekolah, kampus, klub-klub hiburan
dan sebagainya. Penanaman nilai-nilai Ultras ini berlangsung sejak usia dini
secara alamiah
Independensi
Nilai penting lain
yang dianut Ultras adalah independensi. Nilai terakhir ini secara masif
diperkenalkan oleh Irriducibili Lazio yang terbentuk tahun 1987. Penerapan
independensi membatasi loyalitas Ultras hanya kepada tim atau para pemain, dan
mengambil posisi independen terhadap pihak lainnya termasuk partai politik,
sponsor dan terutama terhadap manajemen klub.
Setelah hadirnya
Irriducibili Lazio, maka Ultras di Italia tersegregasi menjadi Ultras Keras dan
Ultras Lunak. Kelompok keras akan menolak bantuan dalam bentuk apapun dari
manajemen klub, mereka mandiri secara finansial, mengeluarkan uang pribadi
untuk tiket dan biaya perjalanan dari kota ke kota mengikuti para pemain yang
bertanding serta untuk memproduksi peraga (tifo) dalam stadion. Tak heran, fans
Lazio misalnya, dapat bersikap sangat konfrontatif terhadap manajemen Lazio
sendiri demi kepentingan pemain dan tim, yang diyakininya. Kelompok Ultras
keras ini bersikap protektif membela pemain dan memprotes kebijakan manajemen
klub saat prestasi kub melorot.
Kelompok lunak ini
cenderung sejalan dengan manajemen klub dan sangat bergantung pada manajemen
klub dalam hal pendanaan untuk keperluan spanduk atau bendera, penyediaan
sarana gudang atau sekretariat, diskon tiket dan bahkan penyediaan sarana
transportasi. Kelompok Ultras dari Juventus misalnya, sebagian besar terdiri
dari keluarga dan kerabat pabrik mobil Fiat dan pemasoknya, mereka dikoordinasi
dan dibiayai oleh keluarga besar Agnelli. Sementara kelompok Ultras di
Internazionale memiliki hubungan finansial yang erat dengan keluarga besar
Moratti. Beberapa kelompok bahkan memakai nama sang taipan minyak Italia
tersebut pada nama grupnya. Kelompok Ultras lunak ini cenderung membela
manajemen klub dan menyalahkan pemain atau pelatih jika prestasi klub merosot.
Apapun, Ultras lebih
daripada sekedar pendukung klub. Ultras adalah jalan hidup, gaya hidup dan
mentalitas. Tahun 2009 kelompok Ultras keras dari Lazio, Roma, AC Milan,
Catania, Genoa dan Napoli mengadakan demonstrasi besar di kota Roma menentang
penindasan atas Ultras dan pembatasan masuk stadion. Mereka mengeluarkan deklarasi
bersama. Isi deklarasi ini dapat menggambarkan, bagaimana mentalitas Ultras itu
sesungguhnya.
Ultras, a Way of
Life:
“Kami berbeda dari
yang normal dan biasa. Berbeda dari rata-rata, dari yang umumnya ada.
Kehormatan, totalitas, loyalitas dan persahabatan. Ultras adalah tentang
nilai-nilai idealisme yang diterapkan sepanjang masa. Ultras bukan tentang yang
terbaik atau yang teratas , melainkan tentang mentalitas. Mentalitas yang hanya
ada pada Ultras. Mentalitas yang yang lebih kuat dari segala tekanan.
Pelarangan masuk stadion dan jeruji penjara, tak ada yang dapat menghentikan
kami. Kami Ultras, tindaslah kami, maka bara tekad kami akan semakin besar.
Kami memercayai mentalitas Ultras. Sepakbola telah sakit, benar-benar sakit.
Semuanya hanya tentang uang, uang dan uang. Sepakbola normal telah diabaikan,
stadion tak pernah terisi penuh. Mereka menyalahkan Ultras, tapi kami tahu
lebih baik daripada mereka.”
“Kamilah bagian
termurni yang bertahan dari sepakbola. Kami mengeluarkan ratusan euro dan
menempuh ribuan kilometer ke segenap pelosok Italia untuk mewakili kota kami,
warna dan klub kami. Kekerasan bukan lagi yang terpenting, karena kalian akan
selalu menemukan kekerasan dimanapun kalian berada, di setiap kebudayaan dan di
setiap negara. Mereka mengatakan bahwa Ultras merusak sepakbola. Salah besar!
Uang, doping, menyuap pemain dan membayar wasit serta pemain yang digaji tak
masuk akal tingginya, itulah yang merusak sepakbola. Kamilah yang selalu
meneriakkan dukungan bagi tim kami, setiap hari, setiap minggu. Salju, hujan
dan teriknya matahari bukan masalah bagi kami. Kami membenci sistem kalian,
kami melawan penindasan kalian, dan akan selalu begitu. Ayah-ayah kami dulu
memenuhi Curva, kini kami yang ada di sana, dan kelak putera-putera kami yang
akan menggantikan. Kami akan menanamkan kepada mereka nilai-nilai yang kami
anut, membuat mereka mengerti tentang mentalitas kami, sehingga mereka akan
melalui jalan hidup yang sama dengan kami. Generasi tua hilang, generasi baru
muncul, tetapi idealisme Ultras akan tetap sama sepanjang masa.”
No comments:
Post a Comment
Terima kasih anda telah meluangkan waktu untuk membaca post saya
Mohon untuk berkomentar agar saya tidak malas membuat post